DAY 3 Yin Yoga World Home YTT Modul 3 Earth and Sky - Group A
25-29 September 2019
Kali ini saya sharing sedikit tentang saya. Masih seputar yoga kok. Beberapa hari yang lalu seorang penulis (blogger) asal Germany ingin menulis tentang yoga yang saya lakukan. Dengan sopan beliau mengundang saya untuk sebuah interview setelah kelas saya. Namun saya dengan rendah hati menolak karena saya sibuk dan menawarkan untuk melakukannya by email saja.
Beruntung juga saya sibuk, karena kalau di interview langsung, apalagi biasanya secara spontan diambil video, pasti saya belepotan karena English saya tidak terlalu baik. Syukurnya, dia mau mengirimkan pertanyaan melalui email, sehingga harga diri saya sedikit terselamatkan LOL.
Dengan ini, saya menjadi tahu bahwa ternyata di luar sana masih banyak orang yang menaruh perhatian pada dunia yoga.
Dari jenis pertanyaan yang diajukan, saya bisa menyimpulkan bahwa setelah belajar pose-pose yoga, belajar pengaturan nafas dan kemudian barangkali dilanjutkan dengan meditasi, di akhir semua itu pencari yoga atau bisa dikatakan murid yoga (sebenarnya saya tidak suka menggolongkan orang sebagai murid yoga atau guru yoga, tapi terpaksa saya lakukan untuk mempermudah pemahaman) akan menelusuri sosok guru yoga itu dalam menerapkan yoga di kehidupan sehari-harinya.
Idealnya seorang guru yoga adalah juga seorang seorang bhakta atau penekun spiritual (bhakti/devotion).
Dengan cara ini mereka dapat mengimplementasikan yoga secara utuh ke dalam kelas yang dia bawakan. Yoga tidak melulu tentang seberapa banyak murid yang dia miliki, seberapa indah rangkaian bunga di lantai kelas yoga, seberapa harum dupa yang dia persembahkan di altar pemujaan atau seberapa kencang dia meneriakkan mantra-mantra selama kelas yoga berlangsung.
Yoga itu adalah kerendahan hati, ketulusan berbagi dan ketekunan berlatih, tanpa terlalu banyak polesan yang bersifat semu.
Satu pertanyaan yang cukup menggelitik saya yaitu,
"What self-care rituals do you have to keep your batteries charged?"
Kenapa pertanyaan ini menggelitik saya? Karena kebanyakan orang menginginkan jawaban yang bernuansa "mistis" seperti Morning Poeja, Midnite meditation, Full Moon Ritual, Melukat... dan sebagainya.
Padahal, bagi saya yoga tidaklah harus seperti itu. Apabila dilihat lebih jauh, yoga adalah tentang mendengarkan kata hati dan mencintai diri.
Menumbuhkan cinta kasih inilah esensi yoga yang sesungguhnya, cinta kasih tanpa syarat yang ditujukan pada sumbernya. Lalu pertanyaan itu saya jawab, "Ritual saya adalah pelukan yang penuh kasih dari anak dan istri tercinta. Itulah yang bisa menjaga agar cinta kasih di dalam diri saya senantiasa bersemi."
Na'ma'ska'r
Yin Yoga World, Kutuh
27 September 2019
25-29 September 2019
Kali ini saya sharing sedikit tentang saya. Masih seputar yoga kok. Beberapa hari yang lalu seorang penulis (blogger) asal Germany ingin menulis tentang yoga yang saya lakukan. Dengan sopan beliau mengundang saya untuk sebuah interview setelah kelas saya. Namun saya dengan rendah hati menolak karena saya sibuk dan menawarkan untuk melakukannya by email saja.
Beruntung juga saya sibuk, karena kalau di interview langsung, apalagi biasanya secara spontan diambil video, pasti saya belepotan karena English saya tidak terlalu baik. Syukurnya, dia mau mengirimkan pertanyaan melalui email, sehingga harga diri saya sedikit terselamatkan LOL.
Dengan ini, saya menjadi tahu bahwa ternyata di luar sana masih banyak orang yang menaruh perhatian pada dunia yoga.
Dari jenis pertanyaan yang diajukan, saya bisa menyimpulkan bahwa setelah belajar pose-pose yoga, belajar pengaturan nafas dan kemudian barangkali dilanjutkan dengan meditasi, di akhir semua itu pencari yoga atau bisa dikatakan murid yoga (sebenarnya saya tidak suka menggolongkan orang sebagai murid yoga atau guru yoga, tapi terpaksa saya lakukan untuk mempermudah pemahaman) akan menelusuri sosok guru yoga itu dalam menerapkan yoga di kehidupan sehari-harinya.
Idealnya seorang guru yoga adalah juga seorang seorang bhakta atau penekun spiritual (bhakti/devotion).
Dengan cara ini mereka dapat mengimplementasikan yoga secara utuh ke dalam kelas yang dia bawakan. Yoga tidak melulu tentang seberapa banyak murid yang dia miliki, seberapa indah rangkaian bunga di lantai kelas yoga, seberapa harum dupa yang dia persembahkan di altar pemujaan atau seberapa kencang dia meneriakkan mantra-mantra selama kelas yoga berlangsung.
Yoga itu adalah kerendahan hati, ketulusan berbagi dan ketekunan berlatih, tanpa terlalu banyak polesan yang bersifat semu.
Satu pertanyaan yang cukup menggelitik saya yaitu,
"What self-care rituals do you have to keep your batteries charged?"
Kenapa pertanyaan ini menggelitik saya? Karena kebanyakan orang menginginkan jawaban yang bernuansa "mistis" seperti Morning Poeja, Midnite meditation, Full Moon Ritual, Melukat... dan sebagainya.
Padahal, bagi saya yoga tidaklah harus seperti itu. Apabila dilihat lebih jauh, yoga adalah tentang mendengarkan kata hati dan mencintai diri.
Menumbuhkan cinta kasih inilah esensi yoga yang sesungguhnya, cinta kasih tanpa syarat yang ditujukan pada sumbernya. Lalu pertanyaan itu saya jawab, "Ritual saya adalah pelukan yang penuh kasih dari anak dan istri tercinta. Itulah yang bisa menjaga agar cinta kasih di dalam diri saya senantiasa bersemi."
Na'ma'ska'r
Yin Yoga World, Kutuh
27 September 2019
No comments:
Post a Comment