DAY 1 Yin Yoga World Home YTT Modul 3 Earth and Sky - Group A
25-29 September 2019
Menceritakan masa lalu katanya adalah gaya bicara orang sudah tua, betul enggak sih? Jadi agak enggak enak nih perasaan saya 😛 Tapi baiklah, flashback dulu sedikit; dulu ketika saya sangat suka membaca buku-buku yang bernuansa Psychology, Yoga dan juga buku Spiritual, boleh dikatakan itu adalah masa pembentukan karakter saya di bidang yoga. Kala itu saya sangat mengagumi seorang tokoh dalam bukunya Autobiography of a Yogi karangan Parahamsa Yogananda, seorang yogi dari India, dan juga buku dari Milarepa, yogi dari dataran Tibet. Buku-buku itu berkisah banyak tentang pencarian spiritualnya. Sangat unik dan menyentuh perasaan. Saya sangat mengagumi gigihnya perjuangan mereka dalam menempuh jalan spiritual yang sangat keras dan berliku. Perjuangan beliau yang diawali dengan pencarian jati diri dan berakhir dengan kebahagiaan. Ada duka? Pasti! ada tawa? tentu! itulah sisi keseimbangannya.
Sebelum mereka menemui esensi dari yoga dan spiritual, dalam pencariannya mereka juga dipertemukan dengan para guru spiritual yang sidhi dan shakti (sisi lain dari pencerahan). Guru-guru beliau memiliki kemampuan khusus, yaitu dapat membaca masa lalu, dan bahkan dapat mengurai simpul-simpul kusut yang ada dalam kesadaran muridnya untuk kemudian menemukan benang merah antara nalar dan spiritual di dalam kehidupan nyata. Tujuannya adalah pencapaian kesadaran diri dan pengabdian kepada alam semesta. Bagi saya, mereka adalah orang-orang hebat dan wajar kalau kemudian di masa depan ajaran beliau selalu dikagumi, dicintai dan kemudian tumbuh dan berkembang ke generasi berikutnya.
Kembali ke masa kini (berasa muda lagi :P), di mana kita sangat dimanjakan oleh teknologi, belajar yoga sangatlah mudah. Perjuangannya tidak seberat zaman dulu, namun arena pertempurannya berpindah, dan bahkan berbalik. Dulu, sangatlah susah mendapatkan ajaran yoga, sangat sedikit guru yoga. Tetapi guru-guru yoga jaman dulu sangatlah "berkelas” dan tentunya "authentic".
Nah sekarang? Belajar yoga katakanlah 5 tahun, atau disingkat lagi, 1 tahun? atau nggak usah deh mikirin tahun, asal punya uang aja, cukup hitungan jam, misalnya 200 jam? Anda sudah bisa dipanggil "master". Lalu setelah itu, mereka mulai mengasah ilmu "marketing yoga."
Kita harusnya sangat bersyukur dengan fasilitas yang banyak untuk bisa belajar yoga, yang mana adalah ilmu turun temurun yang diwariskan tanpa pamrih dari para yogi di masa lalu. Tapi godaan masa kini sangatlah banyak, sehingga kita sering melupakan tujuan yoga yang sebenarnya. Terlalu banyak memikirkan aspek marketing dari yoga, terlalu sibuk membuat aturan aspek hukum dari pelanggaran hak cipta dari style yoga, terlalu banyak aturan ini itu... yang pada akhirnya menjauhkan kita dari tujuan semula, atau bahkan mungkin saja kita yang melanggar aturan yang kita buat sendiri.
Kita harus belajar tentang keikhlasan berbagi dari para yogi di masa lalu. Saya mengagumi Sadha Shiva, seorang yogi master yang sangat terkenal dengan ajaran yoganya. Saya mengagumi semua yogi setelahnya, yang meneruskan ajaran beliau, termasuk guru yoga saya Shrii Shrii Anandamurti. Dan di masa kini, saya menaruh hormat yang dalam pada Paul Grilley yang seringkali mengucapkan kalimatnya bahwa silakan saja meneruskan ilmu yoga yang beliau kembangkan (yang kemudian dikenal dengan Yin yoga).
Siapapun bisa memakainya, tentunya dengan belajar yang benar. Beliau juga tidak pernah mengclaim bahwa beliau penemu dari yin yoga. Beliau hanya meneruskan apa yang sudah ada. So humble.
Dengan talenta yang dibalut kebijaksanaan, berdasar pada Yama dan Niyama dan dengan hati yang bersih beliau kemudian meramu, mempertemukan tradisi yoga yang berbasis di India dan Thaoist dari dataran China dan kemudian menjabarkannya secara sederhana di masa kini. Sentuhan kreativitas Paul Grilley rupanya mampu memberi ciri dari ajaran yang beliau kembangkan.
Beberapa karyanya kemudian dikenal dengan seri "Yang Sequence" seperti Peaceful Warrior, Flying Dragon, Golden Seed dan lainnya. Tujuannya adalah agar yin yoga bisa lebih mudah diterima di masa ini.
Yoga itu adalah Tantra, yang berarti "meluas". Luaskan pikiran kita... Luaskan kesadaran kita, dengan tetap berpegang teguh pada prinsip Yama dan Niyama. Na'ma'ska'r ❤
Yin Yoga World, Kutuh
25 September 2019
25-29 September 2019
Menceritakan masa lalu katanya adalah gaya bicara orang sudah tua, betul enggak sih? Jadi agak enggak enak nih perasaan saya 😛 Tapi baiklah, flashback dulu sedikit; dulu ketika saya sangat suka membaca buku-buku yang bernuansa Psychology, Yoga dan juga buku Spiritual, boleh dikatakan itu adalah masa pembentukan karakter saya di bidang yoga. Kala itu saya sangat mengagumi seorang tokoh dalam bukunya Autobiography of a Yogi karangan Parahamsa Yogananda, seorang yogi dari India, dan juga buku dari Milarepa, yogi dari dataran Tibet. Buku-buku itu berkisah banyak tentang pencarian spiritualnya. Sangat unik dan menyentuh perasaan. Saya sangat mengagumi gigihnya perjuangan mereka dalam menempuh jalan spiritual yang sangat keras dan berliku. Perjuangan beliau yang diawali dengan pencarian jati diri dan berakhir dengan kebahagiaan. Ada duka? Pasti! ada tawa? tentu! itulah sisi keseimbangannya.
Sebelum mereka menemui esensi dari yoga dan spiritual, dalam pencariannya mereka juga dipertemukan dengan para guru spiritual yang sidhi dan shakti (sisi lain dari pencerahan). Guru-guru beliau memiliki kemampuan khusus, yaitu dapat membaca masa lalu, dan bahkan dapat mengurai simpul-simpul kusut yang ada dalam kesadaran muridnya untuk kemudian menemukan benang merah antara nalar dan spiritual di dalam kehidupan nyata. Tujuannya adalah pencapaian kesadaran diri dan pengabdian kepada alam semesta. Bagi saya, mereka adalah orang-orang hebat dan wajar kalau kemudian di masa depan ajaran beliau selalu dikagumi, dicintai dan kemudian tumbuh dan berkembang ke generasi berikutnya.
Kembali ke masa kini (berasa muda lagi :P), di mana kita sangat dimanjakan oleh teknologi, belajar yoga sangatlah mudah. Perjuangannya tidak seberat zaman dulu, namun arena pertempurannya berpindah, dan bahkan berbalik. Dulu, sangatlah susah mendapatkan ajaran yoga, sangat sedikit guru yoga. Tetapi guru-guru yoga jaman dulu sangatlah "berkelas” dan tentunya "authentic".
Nah sekarang? Belajar yoga katakanlah 5 tahun, atau disingkat lagi, 1 tahun? atau nggak usah deh mikirin tahun, asal punya uang aja, cukup hitungan jam, misalnya 200 jam? Anda sudah bisa dipanggil "master". Lalu setelah itu, mereka mulai mengasah ilmu "marketing yoga."
Kita harusnya sangat bersyukur dengan fasilitas yang banyak untuk bisa belajar yoga, yang mana adalah ilmu turun temurun yang diwariskan tanpa pamrih dari para yogi di masa lalu. Tapi godaan masa kini sangatlah banyak, sehingga kita sering melupakan tujuan yoga yang sebenarnya. Terlalu banyak memikirkan aspek marketing dari yoga, terlalu sibuk membuat aturan aspek hukum dari pelanggaran hak cipta dari style yoga, terlalu banyak aturan ini itu... yang pada akhirnya menjauhkan kita dari tujuan semula, atau bahkan mungkin saja kita yang melanggar aturan yang kita buat sendiri.
Kita harus belajar tentang keikhlasan berbagi dari para yogi di masa lalu. Saya mengagumi Sadha Shiva, seorang yogi master yang sangat terkenal dengan ajaran yoganya. Saya mengagumi semua yogi setelahnya, yang meneruskan ajaran beliau, termasuk guru yoga saya Shrii Shrii Anandamurti. Dan di masa kini, saya menaruh hormat yang dalam pada Paul Grilley yang seringkali mengucapkan kalimatnya bahwa silakan saja meneruskan ilmu yoga yang beliau kembangkan (yang kemudian dikenal dengan Yin yoga).
Siapapun bisa memakainya, tentunya dengan belajar yang benar. Beliau juga tidak pernah mengclaim bahwa beliau penemu dari yin yoga. Beliau hanya meneruskan apa yang sudah ada. So humble.
Dengan talenta yang dibalut kebijaksanaan, berdasar pada Yama dan Niyama dan dengan hati yang bersih beliau kemudian meramu, mempertemukan tradisi yoga yang berbasis di India dan Thaoist dari dataran China dan kemudian menjabarkannya secara sederhana di masa kini. Sentuhan kreativitas Paul Grilley rupanya mampu memberi ciri dari ajaran yang beliau kembangkan.
Beberapa karyanya kemudian dikenal dengan seri "Yang Sequence" seperti Peaceful Warrior, Flying Dragon, Golden Seed dan lainnya. Tujuannya adalah agar yin yoga bisa lebih mudah diterima di masa ini.
Yoga itu adalah Tantra, yang berarti "meluas". Luaskan pikiran kita... Luaskan kesadaran kita, dengan tetap berpegang teguh pada prinsip Yama dan Niyama. Na'ma'ska'r ❤
Yin Yoga World, Kutuh
25 September 2019
No comments:
Post a Comment